Senin, 04 November 2013

Pahlawan Islam, Khalid Bin Walid, Bag 5



Penaklukan Romawi Bizantium


Pada bulan maret 634 M Khalid binWalid dan pasukannya berangkat menuju Syam. Keberangkatan Khalid bin Walid kali ini untuk membantu pahlawan-pahlawan Islam dari gempuran pasukan Romawi Bizantium. Pasukan muslim yang tersebar di Palestina, Damaskus (Syria), Lebanon dan Yordania semakin terdesak karena Romawi sudah mengepung dan memutus hubungan pasukan Islam yang berada di Damaskus dengan yang di Palestinadan Lebanon.

Khalid bin Walid dan pasukanIslam menempuh perjalanan sulit selama 18 hari tanpa henti menembus gurun pasir. Tanpa ada yang menduga, pasukan Islam dibawah pimpinan Khalid bin Walid tiba-tiba muncul di dekat Damaskus dan mereka bertemu dengan pasukan muslim yang dipimpin Abu Ubaidah bin al-Jarrah. Sejak saat itu pasukan Khalid dan Ubaidah menjalankan serangan-serangan sporadis terhadap basis-basis kecil pertahanan Romawi Bizantium. Namun belum menyerang Damaskus sebagai basis utama Romawi.

Pasukan Islam dibawah komando Khalid dan Ubaidah berhasil mengalahkan pasukan Arab Kristen dari Bani Ghassan di Marja Rahit dan Bushra. Mereka juga berhasil membuka blokade-blokade Romawi dan mulai membuka hubungan pasukan-pasukan Islam yang selama ini terputus.

Dengan melalui peperangan demi peperangan, seluruh pasukan Islam akhirnya bisa berkumpul di Ajnadayn (Palestina). Disinilah Khalid bin Walid dan pahlawan-pahlawan Islam lainnya memulai pertempuran dahsyat melawan kekuasaan Romawi Bizantium. AKhirnya pada 30 Juli 634 M perang besar yang dikenal dengan perang Ajnadayn berhasil dimenangkan oleh kaum muslimin. Kemenangan ini merupakan titik awal bagi kaum muslimin untuk menguasai kembali seluruh wilayah Palestina, terutama Baitul Maqdis (Jerussalem).

Setelah berhasil mengambil alih wilayah Palestina dari kekuasaan Romawi, pasukan muslim dibawah komando Khalid binWalid melancarkan serangan ke kota Fihl di Yordania pada 23 Januari 635 M. Lagi-lagi wilayah Yordania berhasil diambil alih dari cengkeraman Romawi. Sampai disini, Khalid bin Walid dan Abu Ubaidah bin al-Jarrah memutuskan untuk menyerang Damaskus.

Pasukan Islam dibawah pimpinan Khalid dan Ubaidah mengepung Damaskus selama enam bulan. Melalui data-data yang diberikan dari pasukan intelijen, mereka mempelajari celah-celah yang bisa dijadikan ruang untuk menyerang Damaskus. Hingga akhirnya setelah melalui peperangan yang maha dahsyat, pada bulan September 635 M pahlawan-pahlawanIslam berhasil mengalahkan pasukan Romawi dan merebut Damaskus. Sejak saat itu, kota Damaskus dijadikan sebagai pusat peradaban (ibukota) Islam di wilayah Syam.

Pahlawan Islam Di Perang Yarmuk


Kekalahan yang dialami Romawi Bizantium dari pasukan muslimin membuat berang kaisar Heraklius. Ia menunjuk saudaranya Theodorus Trithurius untuk memimpin pasukan Romawi dan menyerang pasukan Islam. Pasukan Romawi dibawah pimpinan Theodorus Trithurius ini diperkuat pula oleh pasukan dari suku Arab Kristen Bani Ghassan dibawah pimpinan Jabla bin al-Eiham, pasukan dari Rusia dibawah pimpinan Pangeran Qanateer, pasukan Armenia yang dipimpin langsung oleh Raja Mahan, juga pasukan dari Yunani, Slavia dan pasukan-pasukan lain yang tunduk pada kekuasaan Romawi.

Pasukan Romawi Bizantium yang berjumlah lebih dari 100.000 prajurit akhirnya bertemu dengan pasukan muslimin dibawah pimpinan Khalid bin Walid di sebuah anak sungai disebelah timur Yordania, anak sungai itu berada disebuah lembah yang disebut dengan lembah Yarmuk.

Di lembah Yarmuk Khalid bin walid membagi pauskan muslimin menjadi 36 batalion infanteri dan 4 batalion kavaleri. Didahului dengan oerang-perang kecil selama berbulan-bulan, pertempuran maha dahsyat terjadi 20 Agustus 636 M. Saat itu cuaca sangat panas dan berdebu, hal ini tentu sangat menguntungkan pasukan muslimin karena sudah terbiasa.

Dengan kondisi alam yang sangat menguntungkan ini Khalid memerintahkan pasukan muslimin untuk menyerang secara total. Kondisi alam dan strategi penyerangan yang dilancarkan kaum muslimin akhirnya mampu meluluhlantakkan kekuatan besar pasukan Romawi Bizantium. Theodorus Trithurius akhirnya tewas ditangan pahlawan-pahlawan Islam dan pasukan Romawi berlarian mencari perlindungan. Sebahagian masuk Islam, sebahagian menjadi tahanan dan sebahagian yang lain melarikan diri. Sejak saat itu, Syria sebagai salah satu provinsi dari kerajaan Romawi Bizantium berubah menjadi provinsi dari Khilafah Islamiyah yang berpusat di Madinah.

Georgeus, Jenderal Romawi Masuk Islam


Sedikiti mengulang sebelum terjadi perang Yarmuk yang maha dahsyat dan dimenangkan kaum muslimin, ada sebuah kejadian menarik. Sebelum kedua pasukan saling serang, seorang jenderal dari pasukan Romawi Bizantium bernama Georgeus tiba-tiba memacu kudanya sendirian. Dia berhenti dalam jarak yang sangat dekat dengan baris terdepan pasukan muslim lalu berteriak-teriak memanggil nama Khalid.

Khalid bin Walid menyambut panggilan Georgeus dan ia pun keluar dari barisan. Khalid menyangka Georgeus akan menantangnya duel satu lawan satu menggunakan pedang sebagai pembuka perang hari itu. Namun saat Khalid sudah mendekat, Georgeus tak menarik pedangnya, ia hanya memperhatikan Khalid dengan seksama.

Khalid selaku panglima tertinggi pasukan Islam semakin mendekat, tapi Georgeus tetap tidak menghunus pedangnya. Tak terduga oleh Khalid, Georgeus malah bertanya dalam bahasa Arab, “Khalid jawablah dengan jujur pertanyaanku. Apakah benar Tuhanmu telah mengirim pedang dari surga kepada nabimu? Yang kemudian menyerahkannya padamu dan karena itu kau tak bisa dikalahkan?”
“Tidak!” jawab Khalid.
“Lalu mengapa kau dijuluki Pedang Allah”?
Khalid bin Walid lalu menceritakan bagaimana awalnya ia dijuluki sebagai Pedang Allah (Saefullah) oleh Rasulullah.
Georgeus merenung sebentar, lalu ia bertanya lagi, “Katakan Khalid, apa yang kau inginkan dari kami?”
“Untuk bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah”, tegas Khalid.
“Bagaimana jika kami menolak?”
Kamu harus membayar jizya, dan untuk itu kamu berada dalam perlindungan kami” jawab Khalid.
“Bila kami tetap menolak?”
“Berarti pilihannya adalah perang”
Georgeus merenung sebentar, lalu bertanya lagi, “Bagaimana kedudukan seseorang yang baru masuk ke agama kalian hari ini?”
“Dalam Islam hanya ada satu kedudukan, dimana semua berkedudukan sederajat”
“Kalau begitu aku masuk Islam sekarang” kata Georgeus tegas.

Dibawah tatapan ratusan ribu prajurit dari kedua kubu, Khalid membawa Georgeus ke markas pasukan muslimin dan disana Georgeus mengucapkan syahadat. Beberapa jam kemudian, Georgeus sang muallaf turut berperang membela Islam dan ingin mati sebagai syuhada.

Kisah selanjutnya dapat Anda baca di Pahlawan Islam, Khalid Bin Walid, Bag 6.

Sabtu, 02 November 2013

Pahlawan Islam, Khalid Bin Walid, Bag 4



Penyebaran Islam ke wilayah Irak yang dipimpinan pahlawan Islam Khalid bin Walid semakin sulit dibendung oleh pasukan Persia. Satu demi satu kota-kota strategis berhasil dikuasai dan di-Islam-kan. Namun setelah menguasai kota Ain-ut-Tamr dibagian utara Irak, Khalid bin Walid memutuskan untuk kembali ke Jazirah Arab, tepatnya ke kota Daumatul Jandal yang merupakan kota strategis dibagian utara Jazirah Arab.

Di Daumatul Jandal Khalid bin Walid akan membantu ‘Iyadh bin Ghanim untuk menuntaskan pemberontakan terhadap kekhalifahan Islam yang dipimpin Ukaidar bin Abdul Malik. Sebenarnya Daumatul Jandal sudah di-Islam-kan sejak zaman Rasulullah saw namun Ukaidar bin Abdul Malik dan rakyatnya memberontak dan murtad.

Khalid membawa 6000 pasukan Islam dan menyerahkan tanggungjawab kemanan di tanah Irak kepada Al-Qa’qa bin ‘Amru. Khalid sangat ingin menghancurkan koalisi antara pemberontak murtad dibawah pimpinan Ukaidar dan Arab Kristen Judi Rabi’ah dan mengembalikan rakyat mereka ke jalan Allah.

Namun pertempuran hebat tidak terjadi di Daumatul Jandal karena Ukaidar ketakutan dan melarikan diri. Niat kabur Ukaidar gagal karena pasukan Islam berhasil mengejar dan menangkapnya, Ukaidar pun dihukum mati.

Setelah Khalid Bin Walid berhasil menumpas pemberontakan di Daumatul Jandal, ia kembali ke Hirah. Setibanya di Hirah, Khalid bin Walid langsung menghadapi ancaman dari para panglima perang Persia dan milisi Arab Kristen. Pasukan Persia ini sudah bersia di empat wilayah yaitu Husaid, Khanafi, Muzayyah dan Zumail Saniyyi. Khalid bin Walid bertindak cepat dengan membagi pasukan Islam menjadi dua bagian. Pasukan pertama dipimpin pahlawan Islam Al-Qa’qa bin ‘Amru dan diperintahkan langsung memerangi pasukan Persia di wilayah Husaid sedangkan Pasukan kedua dipimpin oleh pahlawan Islam Abu Laila menuju ke wilayah Khanafi.

Pasukan Al-Qa’qa berhasil menang dan membunuh Ruzbeh, komandan pasukan Persia di Husaid. Tak Cuma Ruzbeh, Zarmahr selaku komandan pasukan Persia di wilayah Khanafi juga ikut terbunuh karena mencoba membantu Ruzbeh. Sisa pasukan Persia di Husaid melarikan diri ke Khanafi yang kini dipimpin oleh komandan pengganti yaitu Mahbuzan.

Sesaat setelah tiba di Khanafi, Mahbuzan mendengar bahwa pasukan Islam dibawah pimpinan Abu Laila akan menyerang mereka. Karena ketakutan Mahbuzan memutuskan untuk membawa pasukannya kabur dari Khanafi menuju Muzayyah untuk bergabung dengan milisi Arab Kristen yang dipimpin oleh Huzail bin Imran. Abu Laila mengabarkan kepada Khalid bin Walid bahwa Khanafi sudah dikuasai dan sisa pasukan Persia kabur ke Muzayyah.

Khalid bin Walid ketika mendengar berita ini tengah berada di Ain-ut-Tamr. Khalid memutuskan untuk menggerakkan pasukan Islam menuju wilayah Muzayyah untuk menggempur markas besar pasukan koalisi Persia-Arab Kristen. Khalid bin Walid menginstruksikan bahwa penyerangan ke wilayah Muzayyah dilakukan serempak dari tiga arah. Al-Qa’qa menyerang dari wilayah Husaid, Abu Laila menyerang dari wilayah Khanafi dan Khalid bin Walid sendiri menyerang dari Ain-ut-Tamr. Pasukan Islam menyerang dengan cepat secara serempak dan dalam satu malam wilayah Muzayyah berhasil dikuasai.

Khalid bin Walid memang tak kenal lelah dalam menyebarkan kekuasaan Islam, ia menginstruksikan pasukannya untuk segera bergerak ke Firaz, suatu wilayah ditepi sungai Eufrat, Irak bagian utara. Kota Firaz berbatas dengan wilayah Syam (Syria), wilayah ini sekarang berada disekitar kota Abu Kamal.

Di Firaz pasukan Islam bertemu dengan pasukan Persia dan Romawi sekaligus. Pasukan dari dua Negara superpower dunia yang biasanya saling serang kini malah bersatu untuk menghadapi para pahlawan dan pejuang Islam. Tak cuma itu, gabungan pasukan Persia-Romawi ini dibantu oleh suku-suku yang tergabung dalam milisi Arab Kristen. Namun, setelah menjalani peperangan yang maha dahsyat, pada bulan Januari 634 atau tahun 12 H, pahlawan-pahlawan Islam dibawah pimpinan Khalid bin Walid yang berjumlah 15 ribu orang berhasil mengalahkan pasukan koalisi yang berjumlah lebih dari 50 ribu personil. Dengan berhasilnya pasukan Islam merebut Firaz maka hampir seluruh wilayah Irak (Mesopotamia) sudah dikuasai oleh kaum muslimin.

Peperangan demi peperangan masih dilalui Khalid bin Walid dan pasukan Islam untuk meng-Islam-kan wilayah-wilayah yang dikuasai Persia. Dan akhirnya perang yang paling menentukan adalah perang Qadisiyyah dimana Ctesiphon (Madain) yang merupakan ibukota Persia berhasil dikuasai. Dengan dikuasainya Ctesiphon oleh kaum muslimin maka berakhirlah kejayaan Persia sebagai salah satu kerajaan/negara terbesar yang pernah ada dimuka bumi ini.

Perjuangan Khalid bin Walid dan pahlawan-pahlawan Islam lainnya bisa kita lihat hasilnya sekarang. Wilayah Irak dan Iran selaku pusat kerajaan Persia pada zaman dahulu yang berpenduduk non muslim justru saat ini berpenduduk beragama Islam. Wilayah-wilayah disekitar Irak dan Iran seperti Kuwait juga didominasi oleh penduduk beragama Islam.

Ikuti kisah selanjutnya di Kisah Pahlawan Islam, Khalid Bin Walid Bag 5.
© Kisah Pahlawan 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis