Penyebaran Islam ke wilayah Irak
yang dipimpinan pahlawan Islam Khalid bin Walid semakin sulit dibendung oleh
pasukan Persia. Satu demi satu kota-kota strategis berhasil dikuasai dan
di-Islam-kan. Namun setelah menguasai kota Ain-ut-Tamr dibagian utara Irak,
Khalid bin Walid memutuskan untuk kembali ke Jazirah Arab, tepatnya ke kota
Daumatul Jandal yang merupakan kota strategis dibagian utara Jazirah Arab.
Di Daumatul Jandal Khalid bin
Walid akan membantu ‘Iyadh bin Ghanim untuk menuntaskan pemberontakan terhadap
kekhalifahan Islam yang dipimpin Ukaidar bin Abdul Malik. Sebenarnya Daumatul
Jandal sudah di-Islam-kan sejak zaman Rasulullah saw namun Ukaidar bin Abdul
Malik dan rakyatnya memberontak dan murtad.
Khalid membawa 6000 pasukan Islam
dan menyerahkan tanggungjawab kemanan di tanah Irak kepada Al-Qa’qa bin ‘Amru.
Khalid sangat ingin menghancurkan koalisi antara pemberontak murtad dibawah
pimpinan Ukaidar dan Arab Kristen Judi Rabi’ah dan mengembalikan rakyat mereka
ke jalan Allah.
Namun pertempuran hebat tidak
terjadi di Daumatul Jandal karena Ukaidar ketakutan dan melarikan diri. Niat
kabur Ukaidar gagal karena pasukan Islam berhasil mengejar dan menangkapnya,
Ukaidar pun dihukum mati.
Setelah Khalid Bin Walid berhasil menumpas pemberontakan di Daumatul Jandal, ia kembali ke Hirah. Setibanya
di Hirah, Khalid bin Walid langsung menghadapi ancaman dari para panglima
perang Persia dan milisi Arab Kristen. Pasukan Persia ini sudah bersia di empat
wilayah yaitu Husaid, Khanafi, Muzayyah dan Zumail Saniyyi. Khalid bin Walid
bertindak cepat dengan membagi pasukan Islam menjadi dua bagian. Pasukan
pertama dipimpin pahlawan Islam Al-Qa’qa bin ‘Amru dan diperintahkan langsung
memerangi pasukan Persia di wilayah Husaid sedangkan Pasukan kedua dipimpin
oleh pahlawan Islam Abu Laila menuju ke wilayah Khanafi.
Pasukan Al-Qa’qa berhasil menang
dan membunuh Ruzbeh, komandan pasukan Persia di Husaid. Tak Cuma Ruzbeh,
Zarmahr selaku komandan pasukan Persia di wilayah Khanafi juga ikut terbunuh
karena mencoba membantu Ruzbeh. Sisa pasukan Persia di Husaid melarikan diri ke
Khanafi yang kini dipimpin oleh komandan pengganti yaitu Mahbuzan.
Sesaat setelah tiba di Khanafi,
Mahbuzan mendengar bahwa pasukan Islam dibawah pimpinan Abu Laila akan
menyerang mereka. Karena ketakutan Mahbuzan memutuskan untuk membawa pasukannya
kabur dari Khanafi menuju Muzayyah untuk bergabung dengan milisi Arab Kristen
yang dipimpin oleh Huzail bin Imran. Abu Laila mengabarkan kepada Khalid bin
Walid bahwa Khanafi sudah dikuasai dan sisa pasukan Persia kabur ke Muzayyah.
Khalid bin Walid ketika mendengar
berita ini tengah berada di Ain-ut-Tamr. Khalid memutuskan untuk menggerakkan
pasukan Islam menuju wilayah Muzayyah untuk menggempur markas besar pasukan
koalisi Persia-Arab Kristen. Khalid bin Walid menginstruksikan bahwa
penyerangan ke wilayah Muzayyah dilakukan serempak dari tiga arah. Al-Qa’qa
menyerang dari wilayah Husaid, Abu Laila menyerang dari wilayah Khanafi dan
Khalid bin Walid sendiri menyerang dari Ain-ut-Tamr. Pasukan Islam menyerang
dengan cepat secara serempak dan dalam satu malam wilayah Muzayyah berhasil
dikuasai.
Khalid bin Walid memang tak kenal
lelah dalam menyebarkan kekuasaan Islam, ia menginstruksikan pasukannya untuk
segera bergerak ke Firaz, suatu wilayah ditepi sungai Eufrat, Irak bagian
utara. Kota Firaz berbatas dengan wilayah Syam (Syria), wilayah ini sekarang
berada disekitar kota Abu Kamal.
Di Firaz pasukan Islam bertemu
dengan pasukan Persia dan Romawi sekaligus. Pasukan dari dua Negara superpower
dunia yang biasanya saling serang kini malah bersatu untuk menghadapi para
pahlawan dan pejuang Islam. Tak cuma itu, gabungan pasukan Persia-Romawi ini dibantu
oleh suku-suku yang tergabung dalam milisi Arab Kristen. Namun, setelah menjalani
peperangan yang maha dahsyat, pada bulan Januari 634 atau tahun 12 H,
pahlawan-pahlawan Islam dibawah pimpinan Khalid bin Walid yang berjumlah 15
ribu orang berhasil mengalahkan pasukan koalisi yang berjumlah lebih dari 50
ribu personil. Dengan berhasilnya pasukan Islam merebut Firaz maka hampir
seluruh wilayah Irak (Mesopotamia) sudah dikuasai oleh kaum muslimin.
Peperangan demi peperangan masih dilalui
Khalid bin Walid dan pasukan Islam untuk meng-Islam-kan wilayah-wilayah yang
dikuasai Persia. Dan akhirnya perang yang paling menentukan adalah perang
Qadisiyyah dimana Ctesiphon (Madain) yang merupakan ibukota Persia berhasil
dikuasai. Dengan dikuasainya Ctesiphon oleh kaum muslimin maka berakhirlah
kejayaan Persia sebagai salah satu kerajaan/negara terbesar yang pernah ada
dimuka bumi ini.
Perjuangan Khalid bin Walid dan pahlawan-pahlawan Islam lainnya bisa kita lihat hasilnya sekarang. Wilayah Irak
dan Iran selaku pusat kerajaan Persia pada zaman dahulu yang berpenduduk non
muslim justru saat ini berpenduduk beragama Islam. Wilayah-wilayah disekitar
Irak dan Iran seperti Kuwait juga didominasi oleh penduduk beragama Islam.
Ikuti kisah selanjutnya di Kisah Pahlawan Islam, Khalid Bin Walid Bag 5.
0 komentar:
Posting Komentar