Senin, 04 November 2013

Pahlawan Islam, Khalid Bin Walid, Bag 5



Penaklukan Romawi Bizantium


Pada bulan maret 634 M Khalid binWalid dan pasukannya berangkat menuju Syam. Keberangkatan Khalid bin Walid kali ini untuk membantu pahlawan-pahlawan Islam dari gempuran pasukan Romawi Bizantium. Pasukan muslim yang tersebar di Palestina, Damaskus (Syria), Lebanon dan Yordania semakin terdesak karena Romawi sudah mengepung dan memutus hubungan pasukan Islam yang berada di Damaskus dengan yang di Palestinadan Lebanon.

Khalid bin Walid dan pasukanIslam menempuh perjalanan sulit selama 18 hari tanpa henti menembus gurun pasir. Tanpa ada yang menduga, pasukan Islam dibawah pimpinan Khalid bin Walid tiba-tiba muncul di dekat Damaskus dan mereka bertemu dengan pasukan muslim yang dipimpin Abu Ubaidah bin al-Jarrah. Sejak saat itu pasukan Khalid dan Ubaidah menjalankan serangan-serangan sporadis terhadap basis-basis kecil pertahanan Romawi Bizantium. Namun belum menyerang Damaskus sebagai basis utama Romawi.

Pasukan Islam dibawah komando Khalid dan Ubaidah berhasil mengalahkan pasukan Arab Kristen dari Bani Ghassan di Marja Rahit dan Bushra. Mereka juga berhasil membuka blokade-blokade Romawi dan mulai membuka hubungan pasukan-pasukan Islam yang selama ini terputus.

Dengan melalui peperangan demi peperangan, seluruh pasukan Islam akhirnya bisa berkumpul di Ajnadayn (Palestina). Disinilah Khalid bin Walid dan pahlawan-pahlawan Islam lainnya memulai pertempuran dahsyat melawan kekuasaan Romawi Bizantium. AKhirnya pada 30 Juli 634 M perang besar yang dikenal dengan perang Ajnadayn berhasil dimenangkan oleh kaum muslimin. Kemenangan ini merupakan titik awal bagi kaum muslimin untuk menguasai kembali seluruh wilayah Palestina, terutama Baitul Maqdis (Jerussalem).

Setelah berhasil mengambil alih wilayah Palestina dari kekuasaan Romawi, pasukan muslim dibawah komando Khalid binWalid melancarkan serangan ke kota Fihl di Yordania pada 23 Januari 635 M. Lagi-lagi wilayah Yordania berhasil diambil alih dari cengkeraman Romawi. Sampai disini, Khalid bin Walid dan Abu Ubaidah bin al-Jarrah memutuskan untuk menyerang Damaskus.

Pasukan Islam dibawah pimpinan Khalid dan Ubaidah mengepung Damaskus selama enam bulan. Melalui data-data yang diberikan dari pasukan intelijen, mereka mempelajari celah-celah yang bisa dijadikan ruang untuk menyerang Damaskus. Hingga akhirnya setelah melalui peperangan yang maha dahsyat, pada bulan September 635 M pahlawan-pahlawanIslam berhasil mengalahkan pasukan Romawi dan merebut Damaskus. Sejak saat itu, kota Damaskus dijadikan sebagai pusat peradaban (ibukota) Islam di wilayah Syam.

Pahlawan Islam Di Perang Yarmuk


Kekalahan yang dialami Romawi Bizantium dari pasukan muslimin membuat berang kaisar Heraklius. Ia menunjuk saudaranya Theodorus Trithurius untuk memimpin pasukan Romawi dan menyerang pasukan Islam. Pasukan Romawi dibawah pimpinan Theodorus Trithurius ini diperkuat pula oleh pasukan dari suku Arab Kristen Bani Ghassan dibawah pimpinan Jabla bin al-Eiham, pasukan dari Rusia dibawah pimpinan Pangeran Qanateer, pasukan Armenia yang dipimpin langsung oleh Raja Mahan, juga pasukan dari Yunani, Slavia dan pasukan-pasukan lain yang tunduk pada kekuasaan Romawi.

Pasukan Romawi Bizantium yang berjumlah lebih dari 100.000 prajurit akhirnya bertemu dengan pasukan muslimin dibawah pimpinan Khalid bin Walid di sebuah anak sungai disebelah timur Yordania, anak sungai itu berada disebuah lembah yang disebut dengan lembah Yarmuk.

Di lembah Yarmuk Khalid bin walid membagi pauskan muslimin menjadi 36 batalion infanteri dan 4 batalion kavaleri. Didahului dengan oerang-perang kecil selama berbulan-bulan, pertempuran maha dahsyat terjadi 20 Agustus 636 M. Saat itu cuaca sangat panas dan berdebu, hal ini tentu sangat menguntungkan pasukan muslimin karena sudah terbiasa.

Dengan kondisi alam yang sangat menguntungkan ini Khalid memerintahkan pasukan muslimin untuk menyerang secara total. Kondisi alam dan strategi penyerangan yang dilancarkan kaum muslimin akhirnya mampu meluluhlantakkan kekuatan besar pasukan Romawi Bizantium. Theodorus Trithurius akhirnya tewas ditangan pahlawan-pahlawan Islam dan pasukan Romawi berlarian mencari perlindungan. Sebahagian masuk Islam, sebahagian menjadi tahanan dan sebahagian yang lain melarikan diri. Sejak saat itu, Syria sebagai salah satu provinsi dari kerajaan Romawi Bizantium berubah menjadi provinsi dari Khilafah Islamiyah yang berpusat di Madinah.

Georgeus, Jenderal Romawi Masuk Islam


Sedikiti mengulang sebelum terjadi perang Yarmuk yang maha dahsyat dan dimenangkan kaum muslimin, ada sebuah kejadian menarik. Sebelum kedua pasukan saling serang, seorang jenderal dari pasukan Romawi Bizantium bernama Georgeus tiba-tiba memacu kudanya sendirian. Dia berhenti dalam jarak yang sangat dekat dengan baris terdepan pasukan muslim lalu berteriak-teriak memanggil nama Khalid.

Khalid bin Walid menyambut panggilan Georgeus dan ia pun keluar dari barisan. Khalid menyangka Georgeus akan menantangnya duel satu lawan satu menggunakan pedang sebagai pembuka perang hari itu. Namun saat Khalid sudah mendekat, Georgeus tak menarik pedangnya, ia hanya memperhatikan Khalid dengan seksama.

Khalid selaku panglima tertinggi pasukan Islam semakin mendekat, tapi Georgeus tetap tidak menghunus pedangnya. Tak terduga oleh Khalid, Georgeus malah bertanya dalam bahasa Arab, “Khalid jawablah dengan jujur pertanyaanku. Apakah benar Tuhanmu telah mengirim pedang dari surga kepada nabimu? Yang kemudian menyerahkannya padamu dan karena itu kau tak bisa dikalahkan?”
“Tidak!” jawab Khalid.
“Lalu mengapa kau dijuluki Pedang Allah”?
Khalid bin Walid lalu menceritakan bagaimana awalnya ia dijuluki sebagai Pedang Allah (Saefullah) oleh Rasulullah.
Georgeus merenung sebentar, lalu ia bertanya lagi, “Katakan Khalid, apa yang kau inginkan dari kami?”
“Untuk bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah”, tegas Khalid.
“Bagaimana jika kami menolak?”
Kamu harus membayar jizya, dan untuk itu kamu berada dalam perlindungan kami” jawab Khalid.
“Bila kami tetap menolak?”
“Berarti pilihannya adalah perang”
Georgeus merenung sebentar, lalu bertanya lagi, “Bagaimana kedudukan seseorang yang baru masuk ke agama kalian hari ini?”
“Dalam Islam hanya ada satu kedudukan, dimana semua berkedudukan sederajat”
“Kalau begitu aku masuk Islam sekarang” kata Georgeus tegas.

Dibawah tatapan ratusan ribu prajurit dari kedua kubu, Khalid membawa Georgeus ke markas pasukan muslimin dan disana Georgeus mengucapkan syahadat. Beberapa jam kemudian, Georgeus sang muallaf turut berperang membela Islam dan ingin mati sebagai syuhada.

Kisah selanjutnya dapat Anda baca di Pahlawan Islam, Khalid Bin Walid, Bag 6.

Sabtu, 02 November 2013

Pahlawan Islam, Khalid Bin Walid, Bag 4



Penyebaran Islam ke wilayah Irak yang dipimpinan pahlawan Islam Khalid bin Walid semakin sulit dibendung oleh pasukan Persia. Satu demi satu kota-kota strategis berhasil dikuasai dan di-Islam-kan. Namun setelah menguasai kota Ain-ut-Tamr dibagian utara Irak, Khalid bin Walid memutuskan untuk kembali ke Jazirah Arab, tepatnya ke kota Daumatul Jandal yang merupakan kota strategis dibagian utara Jazirah Arab.

Di Daumatul Jandal Khalid bin Walid akan membantu ‘Iyadh bin Ghanim untuk menuntaskan pemberontakan terhadap kekhalifahan Islam yang dipimpin Ukaidar bin Abdul Malik. Sebenarnya Daumatul Jandal sudah di-Islam-kan sejak zaman Rasulullah saw namun Ukaidar bin Abdul Malik dan rakyatnya memberontak dan murtad.

Khalid membawa 6000 pasukan Islam dan menyerahkan tanggungjawab kemanan di tanah Irak kepada Al-Qa’qa bin ‘Amru. Khalid sangat ingin menghancurkan koalisi antara pemberontak murtad dibawah pimpinan Ukaidar dan Arab Kristen Judi Rabi’ah dan mengembalikan rakyat mereka ke jalan Allah.

Namun pertempuran hebat tidak terjadi di Daumatul Jandal karena Ukaidar ketakutan dan melarikan diri. Niat kabur Ukaidar gagal karena pasukan Islam berhasil mengejar dan menangkapnya, Ukaidar pun dihukum mati.

Setelah Khalid Bin Walid berhasil menumpas pemberontakan di Daumatul Jandal, ia kembali ke Hirah. Setibanya di Hirah, Khalid bin Walid langsung menghadapi ancaman dari para panglima perang Persia dan milisi Arab Kristen. Pasukan Persia ini sudah bersia di empat wilayah yaitu Husaid, Khanafi, Muzayyah dan Zumail Saniyyi. Khalid bin Walid bertindak cepat dengan membagi pasukan Islam menjadi dua bagian. Pasukan pertama dipimpin pahlawan Islam Al-Qa’qa bin ‘Amru dan diperintahkan langsung memerangi pasukan Persia di wilayah Husaid sedangkan Pasukan kedua dipimpin oleh pahlawan Islam Abu Laila menuju ke wilayah Khanafi.

Pasukan Al-Qa’qa berhasil menang dan membunuh Ruzbeh, komandan pasukan Persia di Husaid. Tak Cuma Ruzbeh, Zarmahr selaku komandan pasukan Persia di wilayah Khanafi juga ikut terbunuh karena mencoba membantu Ruzbeh. Sisa pasukan Persia di Husaid melarikan diri ke Khanafi yang kini dipimpin oleh komandan pengganti yaitu Mahbuzan.

Sesaat setelah tiba di Khanafi, Mahbuzan mendengar bahwa pasukan Islam dibawah pimpinan Abu Laila akan menyerang mereka. Karena ketakutan Mahbuzan memutuskan untuk membawa pasukannya kabur dari Khanafi menuju Muzayyah untuk bergabung dengan milisi Arab Kristen yang dipimpin oleh Huzail bin Imran. Abu Laila mengabarkan kepada Khalid bin Walid bahwa Khanafi sudah dikuasai dan sisa pasukan Persia kabur ke Muzayyah.

Khalid bin Walid ketika mendengar berita ini tengah berada di Ain-ut-Tamr. Khalid memutuskan untuk menggerakkan pasukan Islam menuju wilayah Muzayyah untuk menggempur markas besar pasukan koalisi Persia-Arab Kristen. Khalid bin Walid menginstruksikan bahwa penyerangan ke wilayah Muzayyah dilakukan serempak dari tiga arah. Al-Qa’qa menyerang dari wilayah Husaid, Abu Laila menyerang dari wilayah Khanafi dan Khalid bin Walid sendiri menyerang dari Ain-ut-Tamr. Pasukan Islam menyerang dengan cepat secara serempak dan dalam satu malam wilayah Muzayyah berhasil dikuasai.

Khalid bin Walid memang tak kenal lelah dalam menyebarkan kekuasaan Islam, ia menginstruksikan pasukannya untuk segera bergerak ke Firaz, suatu wilayah ditepi sungai Eufrat, Irak bagian utara. Kota Firaz berbatas dengan wilayah Syam (Syria), wilayah ini sekarang berada disekitar kota Abu Kamal.

Di Firaz pasukan Islam bertemu dengan pasukan Persia dan Romawi sekaligus. Pasukan dari dua Negara superpower dunia yang biasanya saling serang kini malah bersatu untuk menghadapi para pahlawan dan pejuang Islam. Tak cuma itu, gabungan pasukan Persia-Romawi ini dibantu oleh suku-suku yang tergabung dalam milisi Arab Kristen. Namun, setelah menjalani peperangan yang maha dahsyat, pada bulan Januari 634 atau tahun 12 H, pahlawan-pahlawan Islam dibawah pimpinan Khalid bin Walid yang berjumlah 15 ribu orang berhasil mengalahkan pasukan koalisi yang berjumlah lebih dari 50 ribu personil. Dengan berhasilnya pasukan Islam merebut Firaz maka hampir seluruh wilayah Irak (Mesopotamia) sudah dikuasai oleh kaum muslimin.

Peperangan demi peperangan masih dilalui Khalid bin Walid dan pasukan Islam untuk meng-Islam-kan wilayah-wilayah yang dikuasai Persia. Dan akhirnya perang yang paling menentukan adalah perang Qadisiyyah dimana Ctesiphon (Madain) yang merupakan ibukota Persia berhasil dikuasai. Dengan dikuasainya Ctesiphon oleh kaum muslimin maka berakhirlah kejayaan Persia sebagai salah satu kerajaan/negara terbesar yang pernah ada dimuka bumi ini.

Perjuangan Khalid bin Walid dan pahlawan-pahlawan Islam lainnya bisa kita lihat hasilnya sekarang. Wilayah Irak dan Iran selaku pusat kerajaan Persia pada zaman dahulu yang berpenduduk non muslim justru saat ini berpenduduk beragama Islam. Wilayah-wilayah disekitar Irak dan Iran seperti Kuwait juga didominasi oleh penduduk beragama Islam.

Ikuti kisah selanjutnya di Kisah Pahlawan Islam, Khalid Bin Walid Bag 5.

Kamis, 31 Oktober 2013

Pahlawan Islam, Khalid Bin Walid, Bag 3

Penyebaran Islam Ke Persia


Khalifah Abu Bakar ash Shiddiq memberi sebuah kehormatan pada pahlawan besar Islam Khalid bin Walid. Kehormatan itu berwujud perintah kepada Khalid bin Walid untuk memimpin pasukan guna meng-islam-kan penduduk kerajaan terbesar sepanjang sejarah dunia, yaitu Persia. Persia merupakan kerajaan yang telah berkuasa lebih dari seribu tahun diwilayah Iran, Irak, Asia Tengah, India, Yaman dan banyak wilayah lainnya.

Pada minggu ketiga bulan maret 633 M atau diawal bulan Muharram 12 H, Khalid bin Walid meninggalkan Yamamah dan menempuh perjalanan yang sangat panjang dari Jazirah Arab menuju Irak. Dalam misi peng-Islam-an kerajaan Persia ini, Khalid meminta tambahan pasukan kepada Abu Bakar ash Shiddiq karena pasukannya hanya tersisa 2000 orang, namun ABu Bakar ash Shiddiq hanya mengirim satu orang pemuda yaitu Al-Qa'qa' bin 'Amru at Tamimi.

Para sahabat komplain akan keputusan ini, namun Abu Bakar ash Shiddiq menjawab, "Tak terkalahkan sebuah pasukan yang didalamnya ada seorang anak muda seperti Al-Qa'qa' ini". Setelah terjadi beberapa diskusi akhirnya Abu Bakar ash Shiddiq menyerukan kepada para sahabat Muhajirin dan Anshar serta kabilah-kabilah Arab di Hejaz dan Abu Bakar juga memerintahkan pahlawan besar Islam lainnya yaitu Al-Mutsanna bin Haritsah untuk bergabung dibawah pimpinan Khalid bin Walid hingga jumlah pasukan muslimin berjumlah 18 ribu orang.

Pahlawan Islam Di Perang Rantai


Khalid bin Walid merupakan pemimpin dan pahlawan Islam yang sangat sopan namun sangat tegas dan berani. Sebelum berangkat menuju Irak, ia mengirim surat kepada Hurmuz, Gubernur Militer Persia di Dast Meisan, untuk masuk Islam dan mengajak rakyatnya masuk Islam juga. Sikap tegas dan keberanian Khalid bin Walid tertuang dalam penggalan surat yang berbunyi 'Perlu Anda ketahui, kami membawa pasukan yang mencari kematian, seperti Anda yang mencari kehidupan'. Hurmuz marah besar membaca surat itu dan menyatakan perang dengan kaum muslimin.

Pasukan Islam dan pasukan Persia akhirnya bertemu di Khazima (sekarang Kuwait). Ketika pasukan Islam dan Persia sudah berhadapan, Hurmuz menantang duel satu lawan satu dan Khalid bin Walid pun melayaninya. Mereka berduel satu lawan satu ditengah medan perang tanpa menggunakan senjata. Namun ditengah duel, Hurmuz memberi kode pada pengawalnya agar menuju ke tengah medan perang untuk membantunya dan menyerang Khalid bin Walid yang tak bersenjata.

Melihat keadaan ini salah seorang komandan pasukan muslim yaitu Al-Qa'qa' bin 'Amru berlari ke tengah medan perang guna membantu Khalid bin Walid yang dikeroyok oleh Hurmuz dan pengawalnya. Dua pahlawan besar Islam ini bertarung mati-matian untuk agama dan jiwanya. Dan akhirnya Khalid bin Walid dan Al-Qa'qa' bin 'Amru berhasil mengalahkan Hurmuz dan pengawalnya. Perang dengan pasukan Hurmuz ini dikenal dengan Perang Rantai karena Hurmuz mengikat semua prajuritnya dengan rantai agar tidak lari dari medan perang.

Pahlawan Islam Di Perang Sungai


Kekahalan Hurmuz memudahkan Khalid bin Walid untuk semakin mendekati kota Hirah, yaitu kota yang sangat kaya dan strategis di Irak tengah. Namun peperangan demi peperangan terus dihadapi pasukan Islam, salahsatunya adalah perang dahsyat yang dikenal dengan sebutan Perang Sungai. Pada Perang Sungai ini pasukan Persia dipimpin oleh Jenderal Qarin dan dua komandan yang lari dari Perang Rantai, Qubaz dan Anushjan.

Setelah berperang berhari-hari, jenderal Qarin berhasil dibunuh oleh pahlawan Islam bernama Maqal bin al-Ashi, Qubaz dibunuh oleh pahlawan Islam lainnya bernama 'Ashim bin 'Amru, dan Anushjan dibunuh oleh 'Adi bin Hatim. Pada Perang Sungai ini lebih dari 30 ribu pasukan Persia menjadi korban.

Pahlawan Islam Di Perang Walaja


Setelah menderita dua kekalahan dalam dua perang besar (Perang Rantai dan Perang Sungai), kaisar Persia mengerahkan pasukan yang lebih besar lagi untuk menghadapi Khalid bin Walid. Pasukan Persia ini terbagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama dibawah pimpinan Jenderal Andarzaghar dan kelompok kedua dibawah komando Jenderal Bahman. Pasukan Persia ini bergerak menuju Walaja sembari membawa ribuan pasukan milisi dari suku-suku Arab Irak Paganis (penyembah berhala) dan Arab Irak Kristen.

Pada minggu ketiga bulan Shafar 12 H, bertepatan dengan pertengahan bulan Mei 633 M, pasukan muslimin bertemu dengan pasukan Persia di Walaja. Perang maha dahsyat ini dikenal dengan nama Perang Walaja. Ditengah pertempuran yang memakan waktu berhari-hari ini, Khalid bin Walid mendapat tantangan dari seorang Persia bertubuh raksasa dan terkenal sangat kuat bernama Hazar Mard. Tak ada yang berani berduel dengan manusia bertubuh raksasa ini sebelumnya, namun Khalid bin Walid sang pahlawan Islam yang gagah perkasa tidak takut dan menerima tantangan ini. Setelah menjalani duel sengit hingga sekujur tubuh Khalid bin Walid bercucuran darah, Khalid bin Walid berhasil mengalahkan Hazar Mard dan membunuhnya.

Perang Walaja ini dimenangkan oleh pasukan muslimin dan pahlawan-pahlawan Islam dibawah pimpinan Khalid bin Walid menyampaikan kabar gembira ini kepada Khalifah Abu Bakar ash Shiddiq.

Pahlawan Islam Menguasai Irak Tengah


Setelah beristirahat sejenak, Khalid bin Walid memerintahkan pasukan muslim untuk bergerak menuju kota Hirah. Untuk mencapai Hirah, pasukan muslimin harus menyeberangi sungai Eufrat. Sesampainya diseberang sungai Eufrat, pasukan muslim sudah dinanti oleh pasukan Persia dibawah pimpinan Gubernur Azazbeh. Peperangan sengit kembali terjadi dan para pahlawan Islam berhasil memenangkannya dan Gubernur Azazbeh melarikan diri ke Ctesiphon (Madain), ibukota Persia. Dengan kaburnya sang Gubernur, kota Hirah yang selama ini jadi target utama Khalid bin Walid kini telah dikuasai dan masyarakatnya diajak untuk masuk Islam dan berjihad di jalan Allah.

Dengan dikuasainya kota Hirah sebagai kota terbesar dan kota-kota kecil lainnya disekitar Hirah, maka wilayah Irak tengah yang membentang di antara sungai Eufrat dan Tigris kini sudah dikuasai Khalid bin Walid. Setelah mengistirahatkan pasukannya, Khalid bin Walid kembali menyusun strategi jitu untuk melakukan penyebaran Islam ke wilayah Irak Utara, khususnya dua kota utama yaitu Anbar dan Ain-ut-Tamr.

Penyebaran Islam Ke Irak Utara


Khalid bin Walid memutuskan untuk menyerang kota Anbar terlebih dahulu karena kota ini merupakan pusat bisnis dan terkenal sebagai kota lumbung pangan. Pada akhir Juni 633 M atau Rabiul Akhir 12 H, Khalid keluar dari kota Hirah menuju Anbar dengan membawa 9000 pasukan. Khalid bin Walid meninggalkan sebahagian pasukannya untuk menjaga kota Hirah dan kota-kota lain di wilayah Irak tengah yang sudah direbut dan sudah di-Islam-kan.

Pasukan Islam mengepung kota Anbar yang dilindungi dengan tembok yang sangat tinggi dan sungai buatan yang sangat dalam, sedangkan jembatan yang melewati sungai itu sudah dirusak dengan tujuan agar pasukan muslim tak bisa mendekat ke benteng kota.

Kota Anbar merupakan ibukota propinsi Sabat dan dipimpin oleh seorang gubernur bernama Sheerzad. Pasukan intelijen Khalid bin Walid menyebutkan bahwa pasukan Sheerzad sangat banyak namun tidak berpengalaman dalam berperang karena gubernur mereka adalah seorang terpelajar, bukan panglima perang.

Setelah menentukan strategi yang tepat, Khalid bin Walid memerintahkan pasukan pemanah jitu untuk mendekat ke tepi sungai dan menyerang dengan melepaskan ribuan anak panah dengan membidikkan anak panah tersebut tepat ke kepala pasukan Persia diatas benteng. Strategi ini berhasil dengan baik karena pemanah-pemanah jitu pasukan muslim menjalankan tugasnya dengan baik dan banyak sekali pasukan Persia yang terkena panah dibagian mata. Inilah penyebab pertempuran merebut kota Anbar ini disebut dengan Perang Mata. Karena banyaknya anak panah yang mengenai mereka, pasukan Persia tak lagi berani menampakkan kepala mereka di benteng hingga pasukan muslim bisa membangun jembatan darurat dan semakin mendekat untuk melakukan serangan-serangan.

Ketika mengetahui kondisi buruk yang terjadi di benteng kota, Gubernur Sheerzad memilih untuk menyerah. Ia ingin menyerah dengan syarat namun Khalid bin Walid menolak. Khalid hanya mau penyerahan tanpa syarat. Setelah keadaan semakin buruk bagi Sheerzad dan pasukannya, ia memilih mundur dan pergi ke Ctesiphon, ibukota Persia. Sedangkan milisi Arab Irak paganis yang selama ini membantu Sheerzad memilih untuk masuk Islam dan milisi Arab Irak Kristen sepakat untuk membayar Jizyah sebagai tanda partisipasi guna membantu pasukan muslim.

Khalid bin Walid menunjuk salah seorang pahlawan Islam untuk menjadi kepala pemerintahan yang baru di kota Anbar, lalu kembali menggerakkan pasukannya ke kota Ain-ut-Tamr. Kota besar Ain-ut-Tamr dikeliling kebun korma (tamr) dan dijaga oleh pasukan Persia dan milisi Arab Irak Kristen. Pasukan Persia di Ain-ut-Tamr dipimpin oleh Mahran, seorang jenderal sekaligus politisi yang cerdik, pasukan Arab Irak Kristen dipimpin oleh Aqqa bin Abi Aqqa.

Untuk menghadapi pasukan Islam Jenderal Mahran mengirim pasukan milisi Arab Irak Kristen dibawah komando Aqqa bin Abi Aqqa dengan alasan orang Arab akan lebih mengetahui cara perang orang Arab, sebab itu haruslah Arab Irak Kristen yang maju ke medan perang terlebih dahulu. Namun pasukan Islam bukanlah tandingan pasukan Arab Irak Kristen, Khalid bin Walid dan pasukannya dengan mudah mengalahkan mereka dan Aqqa bin Abi Aqqa berhasil ditawan.

Mendengar berita ini Jenderal Mahran bukannya membantu, tapi malah lari bersama pasukannya ke Ctesiphon, ibukota Persia. Jadilah para pahlawan Islam melenggang masuk ke kota Ain-ut-Tamr pada pertengahan Juli 633 M. Disini Khalid memerintahkan semua komandan pasukan Persia yang berhasil ditangkap untuk dihukum mati, kecuali mereka-mereka yang dengan ikhlas bersedia masuk Islam.

Di kota Ain-ut-Tamr ini Khalid mengatur ulang pemerintahan dan menempatkan pahlawan Islam yang merupakan orang kepercayaannya untuk dijadikan pemimpin kota.

Baca kisah selanjutnya di Pahlawan Islam Khalid Bin Walid Bag 4.

Selasa, 29 Oktober 2013

Pahlawan Islam, Khalid Bin Walid, Bag 2

Setelah wafatnya Rasulullah saw, Abu Bakar ash-Shiddiq diangkat menjadi khalifah. Amirul mukminin pertama itu dihadapkan pada perpecahan umat Islam hampir di seluruh jazirah Arab kecuali wilayah Hejaz (Mekkah dan Madinah). Suku-suku tak mau lagi mengikuti aturan Islam, bahkan ada pemimpin suku yang mengangkat dirinya menjadi nabi, bahkan mereka sudah bersiap untuk menyerang Madinah dengan misi menghancurkan Khilafah Islamiyah.
Untuk mengatasi masalah ini, Abu Bakar ash-Shiddiq membagi pasukan Islam menjadi sebelas bagian yang masing-masing dipimpin oleh para pahlawan besar Islam untuk memerangi suku-suku yang murtad dan mengembalikan mereka ke jalan Allah. Khalid bin Walid terpilih sebagai panglima untuk memerangi dua suku yaitu suku Bani Asadi yang dipimpin Thulaiha bin Khuwailid al-Asady dan suku Bani Yarbu' yang dipimpin Malik bin Nuwairah.

Setelah Khalid bin Walid berhasil menaklukkan Thulaiha bin Khuwailid al-Asady dan meng-Islam-kan kembali suku Bani Asadi, Khalid dan pasukannya segera berangkat untuk melaksanakan misi selanjutnya. Namun ia tidak menemukan pasukan suku Bani Yarbu' karena Malik bin Nuwairah membubarkan pasukannya. Khalid tidak putus asa dan terus mengejar Malik bin Nuwairah hingga akhirnya Malik bin Nuwairah tewas ditangan pasukan Khalid bin Walid karena menolak seruan untuk kembali ke jalan Allah.

Setelah berhasil meng-Islam-kan kembali suku Bani Asadi dan Bani Yarbu', Abu Bakar ash-Shiddiq memerintahkan Khalid bin Walid ke wilayah Yamamah untuk membantu pasukan Ikrimah bin Abu Jahal dan Syurahbil bin Hasanah yang kesulitan mengatasi perlawanan kelompok Musailamah al-Kadzab. Seperti yang kita ketahui dari banyak kisah bahwa Musailamah al-Kadzab adalah orang yang mengklaim dirinya sebagai nabi baru.

Peperangan dahsyat pun terjadi di daerah Aqraba, dimana pasukan Islam melawan 40 ribu pasukan murtadin yang dipimpin Musailamah al-Kadzab. Akhirnya kemenangan dapat diraih pasukan Islam meski dengan pengorbanan nyawa yang sangat banyak. Menurut beberapa literatur, pada perang di Aqraba ini sangat banyak sahabat-sahabat Rasulullah saw penghafal Alqur'an yang tewas. Dan dari pasukan Musailamah al-Kadzab diyakini ada 21 ribu orang yang tewas.

Kemenangan pasukan muslim tersebut belum terasa sempurna bagi Khalid bin Walid karena Musailamah al-Kadzab berhasil melarikan diri. Ia dan pasukannya terus mengejar Musailamah al-Kadzab hingga ke sebuah benteng yang disebut Kebun Kematian. Ketika pengepungan terjadi, pahlawan Islam lainnya yaitu Al-Barra' bin Malik al-Anshari meminta agar ia dilontarkan dengan pelontar untuk melewati pagar benteng. Dengan tubuh penuh luka, Al-Barra' bin Malik al-Anshari berhasil membuka gerbang benteng hingga pasukan Islam berhasil menyerbu dan akhirnya ribuan pasukan murtadin yang menolak untuk kembali ke jalan Allah berhasil dimusnahkan, termasuk nabi palsu mereka, Musailamah al-Kadzab.

Kisah kepahlawanan Khalid bin Walid selanjutnya dapat Anda baca di Pahlawan Islam, Khalid Bin Walid, Bag 3 yang berisi kisah perjuangan Khalid dalam menyebarkan agama Islam ke wilayah kerajaan Persia.

Minggu, 27 Oktober 2013

Pahlawan Islam, Khalid Bin Walid, Bag 1

 
Sebelum Islam


Pahlawan Islam Khalid Bin Walid adalah penakluk dua kerajaan superpower dunia, yaitu kerajaan Persia dan kerajaan Romawi Bizantium. Ia lahir dari pasangan Walid bin al-Mughirah dan Lubabah as-Shaghri binti al-Harits bin Harb. Ayahnya seorang pembesar Quraisy yang terkenal dermawan tetapi sangat memusuhi Rasulullah. Pada masa Jahiliyah Khalid dan kaumnya dikenal sebagai kaum yang mulia karena mereka membangun kembali Ka'bah yang sempat runtuh, yaitu antara dua rukun Al-Aswad dan Al-Yamani.

Khalid Masuk Islam


Ketika sedang melaksanakan umrah, saudara laki-laki Khalid bin Walid bernama Walid bin Walid berbicara kepada Rasulullah saw perihal Khalid bin Walid yang perkasa, Rasulullah saw menjawab, "Tidak ada orang seperti Khalid sebelum ia mengenal Islam. Kalaulah ia menjadikan kekuatan dan kemampuannya bersama kaum muslimin untuk menyerang kaum musyrikin, maka akan baik sekali baginya, karena ia diberi sesuatu yang tidak diberikan kepada orang lain".

Walid bin Walid pun menulis surat kepada Khalid tentang pembicaraannya dengan Rasulullah saw. Isi surat dari saudaranya itu sangat mempengaruhi jiwa Khalid hingga ia hijrah ke Madinah dan mendatangi Rasulullah saw untuk masuk Islam pada awal bulan Safar tahun 8 H.

Khalid menuturkan saat-saat paling menentukan dalam hidupnya tersebut, "Maka aku menghadap Rasulullah saw. Aku mengucapkan salam kepadanya dan beliau menjawab salamku dengan wajah yang berseri. Aku menyatakan masuk Islam dihadapan beliau dengan mengucapkan kalimat syahadatain. Rasulullah saw lalu berkata, 'Sungguh aku telah melihat bahwa engkau memiliki akal yang cemerlang, dan aku berharap agar tidak ada yang menerima engkau, kecuali pada kebaikan'. Lalu Rasulullah saw membaiatku. Aku meminta padanya untuk mendo'akan agar Allah mengampuni apa yang telah aku lakukan dimasa lalu dan yang telah menghalangi-halangi jalan Allah. Maka Rasulullah pun berdo'a, Ya Allah, ampunilah Khalid bin Walid dari setiap apa yang telah dia perbuat untuk menghalang-halangi jalanMu. Maka demi Allah, Rasulullah saw tidak membedakanku dengan para sahabat yang lain dalam hal apapun, termasuk dalam hal peperangan".

Lalu seperti yang dikisahkan bahwa Rasulullah saw memberi tempat tinggal kepada Khalid tepat disamping rumahnya.

Khalid Menjadi Pahlawan Islam

Khalid bin Walid mendapatkan kemuliaan dengan berjihad dibawah pimpinan Rasulullah saw. Pada banyak peperangan peran Khalid sangatlah menentukan dan menjadi pahlawan bagi kaum muslimin, salah satunya ketika pasukan Islam menjalankan misi Pembebasan Mekkah (Futuh al-Makkah).

Waktu itu beberapa suku Quraisy Mekkah ingin menghalangi masuknya pasukan Islam. Orang-orang musyrik dari suku Quraisy itu telah mengumpulkan pasukan di daerah Khandamah, yaitu sebuah bukit dibagian selatan Mekkah.

Lalu Rasulullah saw menugaskan Khalid bin Walid untuk memerangi mereka, dan Khalid berhasil. Lima hari setelah itu, Rasulullah saw kembali mengutus Khalid ke Mekkah untuk menghancurkan Uzza, patung terbesar milik kaum Quraisy. Khalid pun berangkat bersama 30 orang sahabat. Setibanya, Khalid menggantungkan pedangnya di leher Uzza dan naik ke atas bukit tempat Uzza berada. Lalu sambil sedikit meledek Khalid berkata kepada tuhannya bangsa Arab Jahiliyyah itu:

"Wahai Uzza, pertahankan dirimu.....
Pertahankan dirimu dari apa yang akan dilakukan Khalid
Kini tidak ada lagi yang memberi hidangan untukmu
Tanggalkanlah baju besimu dan bersiaplah!"

"Wahai Uzza, jika engkau tidak bisa membunuh Khalid hari ini
Cukuplah dirimu bergelimang dosa
Ataukah dirimu jadi umat Kristiani saja"

Lalu Khalid menghancurkan berhala itu sambil berteriak

"Wahai Uzza, kekufuranlah bagimu, dan tiada kesucian padamu, maka sesungguhnya aku tahu, Allah telah menghinakanmu"

Pahlawan Islam Khalid bin Walid selalu menyertai Rasulullah saw dalam beberapa pertempuran seperti perang Hunain dimana Khalid bin Walid memimpin 1000 pasukan muslim, perang melawan Bani Al-Mushthaliq dalam misi penghancuran patung Wad di Daumatul Jandal, misi penaklukan dan meng-Islam-kan penduduk Najran, dan banyak lagi.

Cukup banyak peperangan yang dilakukan Khalid bin Walid untuk menyebar agama Islam, termasuk perang-perang besar sesudah wafatnya Rasulullah hingga Khalid dikenang sebagai pahlawan Islam yang mampu menaklukkan Persia dan Romawi Bizantium.

Bagaimana perjalanan kisah kepahlawanan Khalid binWalid selanjutnya, kisah-kisah heroiknya, dan bagaimana kisah hingga akhir hayatnya, Anda bisa membacanya di  Kisah Pahlawan Islam, Khalid Bin Walid, Bag 2.
© Kisah Pahlawan 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis