Penaklukan Romawi Bizantium
Pada bulan maret 634 M Khalid binWalid dan pasukannya berangkat menuju Syam. Keberangkatan Khalid bin Walid kali
ini untuk membantu pahlawan-pahlawan Islam dari gempuran pasukan Romawi
Bizantium. Pasukan muslim yang tersebar di Palestina, Damaskus (Syria), Lebanon
dan Yordania semakin terdesak karena Romawi sudah mengepung dan memutus
hubungan pasukan Islam yang berada di Damaskus dengan yang di Palestinadan
Lebanon.
Khalid bin Walid dan pasukanIslam menempuh perjalanan sulit selama 18 hari tanpa henti menembus gurun
pasir. Tanpa ada yang menduga, pasukan Islam dibawah pimpinan Khalid bin Walid
tiba-tiba muncul di dekat Damaskus dan mereka bertemu dengan pasukan muslim
yang dipimpin Abu Ubaidah bin al-Jarrah. Sejak saat itu pasukan Khalid dan
Ubaidah menjalankan serangan-serangan sporadis terhadap basis-basis kecil pertahanan
Romawi Bizantium. Namun belum menyerang Damaskus sebagai basis utama Romawi.
Pasukan Islam dibawah komando
Khalid dan Ubaidah berhasil mengalahkan pasukan Arab Kristen dari Bani Ghassan
di Marja Rahit dan Bushra. Mereka juga berhasil membuka blokade-blokade Romawi
dan mulai membuka hubungan pasukan-pasukan Islam yang selama ini terputus.
Dengan melalui peperangan demi
peperangan, seluruh pasukan Islam akhirnya bisa berkumpul di Ajnadayn
(Palestina). Disinilah Khalid bin Walid dan pahlawan-pahlawan Islam lainnya
memulai pertempuran dahsyat melawan kekuasaan Romawi Bizantium. AKhirnya pada
30 Juli 634 M perang besar yang dikenal dengan perang Ajnadayn berhasil
dimenangkan oleh kaum muslimin. Kemenangan ini merupakan titik awal bagi kaum
muslimin untuk menguasai kembali seluruh wilayah Palestina, terutama Baitul
Maqdis (Jerussalem).
Setelah berhasil mengambil alih
wilayah Palestina dari kekuasaan Romawi, pasukan muslim dibawah komando Khalid
binWalid melancarkan serangan ke kota Fihl di Yordania pada 23 Januari 635 M.
Lagi-lagi wilayah Yordania berhasil diambil alih dari cengkeraman Romawi.
Sampai disini, Khalid bin Walid dan Abu Ubaidah bin al-Jarrah memutuskan untuk menyerang
Damaskus.
Pasukan Islam dibawah pimpinan
Khalid dan Ubaidah mengepung Damaskus selama enam bulan. Melalui data-data yang
diberikan dari pasukan intelijen, mereka mempelajari celah-celah yang bisa
dijadikan ruang untuk menyerang Damaskus. Hingga akhirnya setelah melalui
peperangan yang maha dahsyat, pada bulan September 635 M pahlawan-pahlawanIslam berhasil mengalahkan pasukan Romawi dan merebut Damaskus. Sejak saat itu,
kota Damaskus dijadikan sebagai pusat peradaban (ibukota) Islam di wilayah
Syam.
Pahlawan Islam Di Perang Yarmuk
Kekalahan yang dialami Romawi
Bizantium dari pasukan muslimin membuat berang kaisar Heraklius. Ia menunjuk
saudaranya Theodorus Trithurius untuk memimpin pasukan Romawi dan menyerang
pasukan Islam. Pasukan Romawi dibawah pimpinan Theodorus Trithurius ini
diperkuat pula oleh pasukan dari suku Arab Kristen Bani Ghassan dibawah
pimpinan Jabla bin al-Eiham, pasukan dari Rusia dibawah pimpinan Pangeran
Qanateer, pasukan Armenia yang dipimpin langsung oleh Raja Mahan, juga pasukan
dari Yunani, Slavia dan pasukan-pasukan lain yang tunduk pada kekuasaan Romawi.
Pasukan Romawi Bizantium yang
berjumlah lebih dari 100.000 prajurit akhirnya bertemu dengan pasukan muslimin
dibawah pimpinan Khalid bin Walid di sebuah anak sungai disebelah timur
Yordania, anak sungai itu berada disebuah lembah yang disebut dengan lembah
Yarmuk.
Di lembah Yarmuk Khalid bin walid
membagi pauskan muslimin menjadi 36 batalion infanteri dan 4 batalion kavaleri.
Didahului dengan oerang-perang kecil selama berbulan-bulan, pertempuran maha
dahsyat terjadi 20 Agustus 636 M. Saat itu cuaca sangat panas dan berdebu, hal
ini tentu sangat menguntungkan pasukan muslimin karena sudah terbiasa.
Dengan kondisi alam yang sangat
menguntungkan ini Khalid memerintahkan pasukan muslimin untuk menyerang secara
total. Kondisi alam dan strategi penyerangan yang dilancarkan kaum muslimin
akhirnya mampu meluluhlantakkan kekuatan besar pasukan Romawi Bizantium.
Theodorus Trithurius akhirnya tewas ditangan pahlawan-pahlawan Islam dan
pasukan Romawi berlarian mencari perlindungan. Sebahagian masuk Islam,
sebahagian menjadi tahanan dan sebahagian yang lain melarikan diri. Sejak saat
itu, Syria sebagai salah satu provinsi dari kerajaan Romawi Bizantium berubah
menjadi provinsi dari Khilafah Islamiyah yang berpusat di Madinah.
Georgeus, Jenderal Romawi Masuk Islam
Sedikiti mengulang sebelum
terjadi perang Yarmuk yang maha dahsyat dan dimenangkan kaum muslimin, ada sebuah
kejadian menarik. Sebelum kedua pasukan saling serang, seorang jenderal dari pasukan
Romawi Bizantium bernama Georgeus tiba-tiba memacu kudanya sendirian. Dia
berhenti dalam jarak yang sangat dekat dengan baris terdepan pasukan muslim
lalu berteriak-teriak memanggil nama Khalid.
Khalid bin Walid menyambut
panggilan Georgeus dan ia pun keluar dari barisan. Khalid menyangka Georgeus
akan menantangnya duel satu lawan satu menggunakan pedang sebagai pembuka perang
hari itu. Namun saat Khalid sudah mendekat, Georgeus tak menarik pedangnya, ia
hanya memperhatikan Khalid dengan seksama.
Khalid selaku panglima tertinggi pasukan Islam semakin mendekat, tapi Georgeus tetap tidak menghunus pedangnya.
Tak terduga oleh Khalid, Georgeus malah bertanya dalam bahasa Arab, “Khalid
jawablah dengan jujur pertanyaanku. Apakah benar Tuhanmu telah mengirim pedang
dari surga kepada nabimu? Yang kemudian menyerahkannya padamu dan karena itu
kau tak bisa dikalahkan?”
“Tidak!” jawab Khalid.
“Lalu mengapa kau dijuluki Pedang
Allah”?
Khalid bin Walid lalu menceritakan
bagaimana awalnya ia dijuluki sebagai Pedang Allah (Saefullah) oleh Rasulullah.
Georgeus merenung sebentar, lalu
ia bertanya lagi, “Katakan Khalid, apa yang kau inginkan dari kami?”
“Untuk bersaksi bahwa tiada Tuhan
selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah”, tegas Khalid.
“Bagaimana jika kami menolak?”
Kamu harus membayar jizya, dan untuk itu kamu berada dalam
perlindungan kami” jawab Khalid.
“Bila kami tetap menolak?”
“Berarti pilihannya adalah
perang”
Georgeus merenung sebentar, lalu
bertanya lagi, “Bagaimana kedudukan seseorang yang baru masuk ke agama kalian
hari ini?”
“Dalam Islam hanya ada satu
kedudukan, dimana semua berkedudukan sederajat”
“Kalau begitu aku masuk Islam
sekarang” kata Georgeus tegas.
Dibawah tatapan ratusan ribu prajurit dari kedua kubu, Khalid membawa Georgeus ke markas pasukan muslimin dan disana Georgeus mengucapkan syahadat. Beberapa jam kemudian, Georgeus sang muallaf turut berperang membela Islam dan ingin mati sebagai syuhada.
Kisah selanjutnya dapat Anda baca di Pahlawan Islam, Khalid Bin Walid, Bag 6.